Tentang GMKI
Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia adalah organisasi kemahasiswaan yang didirikan pada tanggal 9
Februari 1950. Namun Christelijke Studenten Vereeniging op Java (CSV) yang
menjadi cikal bakal GMKI telah ada jauh sebelumnya dan berdiri sejak 28
Desember 1932 di Kaliurang, Yogyakarta, Indonesia. GMKI sendiri memiliki
sebanyak 90 cabang dan telah menyebar di tanah air.
Nilai yang menjadi
kelebihan GMKI adalah berdoa, bersaksi, bersekutu, berkreasi, dan belajar.
Selain nilai, GMKI juga memiliki prinsip yaitu, kemamhasiswaanya,
kekristenannya, ke Indonesiannya. GMKI juga memiliki tri panji yaitu, tinggi
iman, tinggi ilmu dan tinggi pengabdian. GMKI bukanlah organisasi yang bersifat
politik, tetapi organisasi yang bersifat gerejawi.
(AD pasal 5)
Kenapa
harus GMKI?
Pada dasarnya, organisasi
kemahasiswaan semuanya pasti bertujuan untuk mendidik anggotanya supaya anggota
siap untuk bersaing di masyarakat. GMKI tidak jauh berbeda dengan organisasi
kemahasiswaan lainnya, tetapi GMKI mempunyai kelebihan yaitu memiliki jaringan
diseluruh indonesia. GMKI adalah dan harus menjadi pelopor dari semua kebaktian
yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia. GMKI menjadilah suatu pusat
sekolah latihan (leershool) dari orang-orang yang mau bertanggungjawab atas
segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan negara dan bangsa
Indonesia.
GMKI bukanlah merupakan
Gesellschaft, melainkan ia adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus
Tuhannya. Dengan demikian ia berakar baik dalam gereja, maupun dalam Nusa dan
Bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari iman dan roh, ia berdiri di tengah dua
proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus
dengan Injilnya, ialah Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan”.
Sejarah Gerakan Mahasiswa
Kristen Indonesia
Berdirinya CSV tidak terpisahkan dengan peranan Ir. C.L Van Doorn, seorang ahli
kehutanan yang mempelajari aspek sosial dan ekonomi khususnya ilmu pertanian
dan kemudian memperoleh doktor di bidang ekonomi serta sarjana di bidang teologi.
Dengan adanya mahasiswa di
Indonesia dan bersamaan dengan berdirinya School tot Opleiding van Indishe
Artsen (STOVIA) tahun 1910-1924 di Batavia. Selain itu, berdiri juga
Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya (1913), Sekolah Teknik di
Bandung (1920), Sekolah Kedokteran Hewan di Bogor (1914) dan Sekolah Hakim
Tinggi di Jakarta (1924). Pada tahun 1924 terbentuklah Batavia CSV dan inilah
cabang CSV yang pertama.
Kurun waktu 1925-1927 para
mahasiswa di Surabaya yang tergabung dalam Jong Indie aktif melakukan
penelaahan Alkitab. Kelompok ini bersama Batavia CSV mengadakan Konferensi di
Kaliurang pada bulan Desember 1932. Pembicara-pembicara utama kegiatan tersebut
adalah Dr. J. Leimena, Ir. C.L van Doorn dan Dr. Hendrik Kraemer. Selain itu,
beberapa sumber menyebut bahwa Amir Sjarifuddin juga terlibat dalam CSV op
Java.
Jumlah anggota CSV op Java
dalam kurun waktu 1930-an sekitar 90 orang. Cabang-cabangnya baru ada di
kota-kota perguruan tinggi di Jawa (Jakarta, Bogor, Bandung dan Surabaya).
Walaupun kecil dan lemah namun keberadaan CSV op Java telah berhasil meletakkan
dasar bagi pembinaan mahasiswa Kristen yang akan dilanjutkan GMKI di kemudian
hari.
Masuknya Jepang ke
Indonesia mengakhiri eksistensi CSV op Java secara struktural dan organisatoris.
Pemerintah pendudukan Jepang melarang sama semua kegiatan-kegiatan organisasi
yang dibentuk pada zaman Belanda. Secara prakatis CSV op Java tidak ada lagi
sejak tahun 1942. Sepanjang sejarahnya, CSV op Java dipimpin oleh Ketua Umumnya
Dr. J. Leimena (1932-1936) serta Mr. Khouw (1936-1939). Sedangkan sekretaris
(full time) dijalankan Ir. C.L Van Doorn (1932-1936).
Sejumlah mahasiswa
kedokteran dan hukum di Jakarta memutuskan untuk membentuk suatu organisasi
mahasiswa Kristen. Organisasi itu untuk menggantikan CSV op Java yang sudah
tidak ada. Dalam pertemuan di STT Jakarta tahun 1945, dibentuk Perhimpunan
Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI) dengan maksud keberadaannya sebagai Pengurus
Pusat PMKI. Dengan demikian Dr. J. Leimena dipilih sebagai Ketua Umum dan Dr.
O.E Engelen sebagai Sekretaris Jenderal. Tetapi karena Leimena sibuk dengan
tugas-tugas sebagai Menteri Muda Kesehatan, tugas-tugasnya diserahkan kepada
Dr. Engelen.
Kegiatan-kegiatan PMKI
tidak jauh berbeda dengan CSV op Java dengan Penelahaan Alkitab salah satu inti
kegiatannya. Keanggotaan PMKI sebagian besar adalah mahasiswa yang memihak pada
perjuangan kemerdekaan. Terbentuklah PMKI di Bandung, Bogor, Surabaya dan
Yogyakarta (setelah UGM berdiri) segera menyusul.
Tak lama setelah PMKI
lahir, awal tahun 1946 muncul organisasi baru dengan menggunakan CSV di Bogor,
Bandung dan Surabaya dengan “CSV yang baru” dan tidak menjadi tandingan PMKI.
Kesamaan kedua organisasi ini adalah merealisasikan persekutuan iman dalam
Yesus Kristus dan menjadi saksi Kristus dalam dunia mahasiswa.
Dengan berakhirnya
pertikaian Indonesia dengan Belanda, tahun 1949 berakhir pula “pertentangan”
antara PMKI dengan CSV baru tersebut. Tanggal 9 Februari 1950 di kediaman Dr.
J. Leimena di Jl. Teuku Umar No. 36 Jakarta, wakil-wakil PMKI dan CSV baru
hadir dalam pertemuan tersebut. Maka lahirlah kesepakatan yang menyatakan bahwa
PMKI dan CSV baru untuk meleburkan diri dalam suatu organisasi yang dinamakan
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan mengangkat Dr. J. Leimena
sebagai Ketua Umum hingga diadakan kongres.
GMKI kemudian berkembang
dengan berdirinya cabang-cabang GMKI di berbagai wilayah Indonesia. Dalam
transisi kepemimpinan nasional di era Ode Lama, Orde Baru, era Reformasi dan
pada masa kini, GMKI mencoba memainkan perannya sebagai wujud semangat
nasionalisme dan ekumenisme.
Perubahan-perubahan
tatanan organisasi baik berupa AD/ART mengalami berbagai penyempurnaan,
tantangan dan pergumulan GMKI yang tertuang dalam Tema dan Sub tema dan
senantiasa berubah setiap Kongres ke Kongres sesuai kondisi dan pandangan GMKI
ke depan, perbaikan dan penyempurnaan sistem pendidikan kader yang tertuang
dalam Pola Dasar Sistem Pendidikan Kader (PDSPK) serta format aksi pelayanan
yang senantiasi dievaluasi sebagai wujud partisipasi GMKI dalam bidang
eksternalnya.
Ketika di awalnya GMKI
tumbuh dari kelompok-kelompok doa dan diskusi-diskusi hingga akhirnya membentuk
suatu organisasi kemahasiswaan yang permanen. Kedua semangat diatas telah
membawa sejarah GMKI menjadi salah satu kekuatan gerakan pro-demokrasi dalam
mewujudkan nilai-nilai demokrasi, penegakan hukum dan hak asasi manusia.
Hingga Saat ini, GMKI
memiliki 90 cabang yang tersebar di kota-kota perguruan tinggi di berbagai
provinsi di Indonesia. GMKI merupakan tempat persiapan kader dengan kompetensi
dalam iman, ilmu, kepemimpinan dan kepekaan sosial yang dapat diaplikasikan
dalam tiga medan pelayanannya yakni, gereja, perguruan tinggi dan masyarakat.
UT OMNES UNUM SINT
0 Komentar