1.
Pendahuluan
Lahirnya GMKI diawali dengan terbentuknya Christelijke Studenten Vereeniging op
Java (CSV op Java) tanggal 28 Desember 1932 di Kaliurang, dengan adanya campur
tangan dari Ir C. L. Van Doorn, seorang ahli kehutanan yang mempelajari aspek sosial
ekonomi khususnya pertanian dan memperoleh gelar Doktor di bidang ekonomi serta
Dominee di bidang theologia.
Kedatangan beliau pada tahun 1921 bertujuan untuk membina pelayanan kerohanian
di kalangan mahasiswa dan kehadirannya tidak terlepas dari upaya Federasi
Mahasiswa Kristen Sedunia (World Student Christian Federation). Awal pelayanan
Van Doorn dimulai dengan kunjungannya kesekolah-sekolah menengah dan perguruan
tinggi di Jawa, karena pada saat itu perguruan tinggi masih hanya di Pulau Jawa
saja.
Tahun 1910-1924 didirikan sekolah dokter (STOVIA) di Batavia dan pergururan
tinggi lainnya di Bandung, Bogor, dan Surabaya. Tahun 1923 Van Doorn memulai
pelayanan langsung di pelayanan mahasiswa bersama J. Leimena, seorang mahasiswa
kedokteran STOVIA di Jakarta.
Pelayanan dimulai dari persekutuan PA, kebaktian dan diskusi-diskusi. Tahun
1924 terbentuklah organisasi Christelijke Studenten Vereenging op Batavia
(Batavia CSV). Konferensi I dilaksanakan di Bandung dan menetapkan agar setiap
tahun diadakan konferensi sejenis dan ditetapkan di Jl. Kebon Sirih 44 Jakarta
yang menjadi markas dan pusat kegiatan mahasiswa anggota CSV op Batavia.
Memenuhi keputusan Konferensi Bandung maka Konferensi Pemuda Kristen Indonesia
II diadakan di Padalarang tahun 1927, ke-III di Bandung tahun 928, ke-IV tahun
1929, ke-V di Merbabu tahun 1930, ke-VI tahun 1931, dan ke-VII di Kaliurang,
Yogyakarta tahun 1932. pada konferensi Pemuda Kristen Indonesia ke-VII tahun
1932 tersebut wakil-wakil dar CSV Surabaya, CSV Bandung dan kelompok Hofdate
Batavia membentuk suatu CSV gabungan dengan nama Christelijke Studenten
Vereeniging op Java (CSV op Java). Ketua Umumnya adalah Dr. J. Leimena,
Sekretaris Ir. C. L. Van Doorn dan Bendahara Tan Tjei Soei dan naskah
penggabungan CSV-CSV tersebut ditandatangani pada tanggal 28 Desember 1932.
Peristiwa penting lainnya berhubungan dengan lahirnya CSV op Java yaitu
kedatangan Jhon Mort dan Rugrers tahun 1926 di Jakarta sebagai Sekjen World
Student Christian Federation (WSCF), untuk berdialog dengan mahasiswa-mahasiswa
Kristen Indonesa dan menghadiri Konferensi Pemuda Kristen yang diselenggarakan
di Bandung 18-19 Februari tahun 1926. Pada konferensi itu DR. Kramer dari Badan
Penterjemah Alkitab memberikan ceramah dengan topik Peranan Pemuda Kristen dalam
Pergerakan Nasional.
Perkembangan dari CSV op Java ini dapat dilihat dari dilaksanakannya Konferensi
GMK-GMK se-Asia dimana CSV op Java sebagai tuan rumah pada tahun 1933 di
Citeureup dan pada konferensi inilah CSV op Java diterima sebagai Coresponding
Member oleh WSCF. Jumlah anggota CSV op Java dalam kurun waktu 1930-an sekitar
90 orang. Walaupun kecil, namun CSV op Java mampu meletakkan dasar bagi
pembinaan mahasiswa Kristen yang dilanjutkan oleh GMKI.
Masuknya Jepang ke Indonesia mengakhiri eksitensi CSV op Java secara struktural
dan organisatoris, karena pendudukan Jepang melarang kegiatan-kegiatan
organisasi yang dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu CSV
tidak ada lagi sejak tahun 1942. sepanjang sejarahnya CSV op Java dipimpin oleh
Ketua Umum Dr. J. Leimena (1932-1936) dan (1939-1942), dan Mr. Khow
(1936-1939), Sekretaris oleh Ir. C. L. Van Doorn (932-1936) dan Sutjipto
(1936-1942).
II. PMKI dan CSV Baru
Namun demikian pertemuan terselubung masih sering berlangsung diantara anggotanya
di Jakarta. Hari Doa Mahasiswa masih dilakukan di STT Jakarta dan setiap minggu
tetap diadakan Bibblekring (Belajar Alkitab) yang dipimpin Sutjipto, Sekjen CSV
op Java periode 1936-1942.
Akhir tahun 1945 sesaat setelah Negara kita merdeka, mahasiswa Kristen yang
kuliah di fakultas Hukum, Kedokteran, Teknik, dan Theologia berkumpul di Jl.
Pegangsaan Timur 27 (STT Jakarta) membentuk wadah Perhimpunan Mahasiswa Kristen
Indonesia (PMKI) dipimpin Pengurus Pusat, Dr. J. Leimena bertugas sebagai Menteri
Muda Kesehatan maka tugasnya diserahkan kepada Dr. O. E. Engelen, yang
dimaksudkan sebagai Pengurus Pusat.
Kegiatan PMKI sebenarnya tidak jauh berbeda dengan CSV op Java, diantaranya
adalah diskusi-diskusi dan Penelaahan Alkitab, dengan suasana Revolusi yang
pada saat itu mempengaruhi kehidupan PMKI, yang tercermin dari sebagian besar
anggota PMKI memihak perjuangan republic dan hal ini merupakan warisan Pimpinan
CSV op Java yang memihak solidaritas perjuangan Kebangsaan Indonesia.
Tidak lama setelah PMKI, pada awal tahun 1946 muncul organisasi Kristen yang
baru yaitu Christelijke Studenten Vereeniging (CSV) dengan cabang-cabang dikota
bogor, bandung, dan Surabaya. Pada hakekatnya pembentukan CSV Baru bukanlah
menandingi PMKI, hanya saja CSV Baru ini lebih berorientasi pada “Pemerintah
Pendudukan Belanda.”
Berawal dari kehadiran Pdt. Boland melayani di Gereja Kristen Pasundan, pada
waktu itu pimpinan PMKI berpendapat bahwa mahasiswa yang memihak Belanda juga
perlu dilayani secara rohani, untuk itu Pdt. Boland diminta mengemban tugas
terbentuknya CSV Baru.
III. Lahirnya GMKI
Konferensi Meja Bundar (KMB) 1947 di Denhaag berhasil menyelesaikan pertikaian
Indonesia-Belanda, salah satu keputusannya adalah Pembentukan Indonesia
Serikat. Hal ini berarti perbedaan pendapat PMKI dan CSV perlu diselesaikan.
Setelah melalui tahapan pembicaraan akhirnya pada tanggal 9 Februari 1950
bertempat di kediaman Dr. J. Leimena (JL. Teuku Umar 36 Jakarta) kedua
organisasi mahasiswa Kristen PMKI dan CSV dipersatukan dengan nama GMKI
(Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), yang sesuai dengan pergerakan-pergerakan
mahasiswa Kristen lainnya yang bergabung dengan WSCF, dan yang disepakati untuk
sementara waktu Dr. J. Leimena diangkat sebagai Ketua Umum sampai diadakannya
Kongres I GMKI di Sukabumi (Desember 1950) untuk memilih Pengurus Umum GMKI.
Ketua Umum : Dr. J. Leimena
Penulis Umum : Nn. Mr. Tine A. L. Franz
Bendahara : W. Makaliwy
Pada kepengurusan awal GMKI hanya terdiri dari 5 (lima) cabang yaitu Jakarta
(181 orang), Bandung (187 orang), Yogyakarta (40 orang), Surabaya (64 orang),
dan Makasar (9 orang). Kelima cabang ini mengadakan Kongres II bulan Oktober
1952 di Sukabumi, dan berhasil menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga dan mulai menetapkan tema-tema tertentu untuk setiap kongresnya.
Tahun 1953, berdirinya GMKI cabang Bogor dan Medan tercatat anggota GMKI di
ketujuh cabang berjumlah 1099 orang. Tahun 1953 ini pula GMKI melalui General
Asembly WSCF di nasrapur, India, resmi menjadi Affiliated Movement dari WSCF.
Untuk tahun berikutnya hingga tahun 1960 merupakan fase perkembangan seperti
pelaksanaan Kongres VI di Sukabumi diadakan perubahan periodeisasi Pengurus
Umum menjadi 2 tahun.
Pada Konferensi dan Kongres VIII pada Juli 1961 di Surabaya dengan tema “Panggilan
Kita” masalah konsolidasi organisasi hangat dibicarakan. Terjadi perubahan
terhadap struktur organisasi secara besar-besaran dalam pemberlakuan AD/ART
yang baru. Perubahan organisasi tersebut yaitu system desentralisasi diganti
menjadi sistem sentralisasi, yang diadakan pembagian regional cabang, serta
rumusan-rumusan pada pelayanan dan garis panggilan umum.
0 Komentar